RR

Minggu, 01 Februari 2015

8. Korespondensi

Korespondensi

PENGERTIAN KORESPONDENSI DAN SURAT
Korespondensi dalam kegiatan perkantoran diartikan sebagai teknik membuat surat dan berkomunikasi dengan surat. Sebagaimana diketahui komunikasi yang diartikan sebagai proses penyampaian warta atau transfer informasi dari satu pihak kepada pihak lain yang dapat dilakukan dengan lisan, tulisan, gambar, lambang, isyarat atau tanda-tanda lain. Cara-cara tersebut bisa digunakan secara gabungan dua atau lebih dari cara yang ada.
Surat adalah kertas tertulis dalam bentuk tertentu yang digunakan untuk menyampaikan pesan dari satu pihak kepada pihak lain. Namun demikian kiranya perlu dicermati bahwa masa sekarang dan mungkin juga di masa-masa yang akan datang, surat tidak selalu tertulis di kertas, kecenderungannya bahkan kegiatan perkantoran mengarah ke proses “Paperless” istilah “Paperless” di sini tentu saja bukan berarti tidak menggunakan kertas sama sekali.


TUJUAN UMUM SURAT
Dalam setiap proses komunikasi pasti pengirim pesan atau informasi selalu mengharap informasi yang dikirimkannya dapat sampai ke penerima dan mengharap si penerima mengerti atau memahami. Bila dikehendak oleh si pengirim selanjutnya diharapkan penerima akan melakukan langkah tertentu sesuai dengan yang dikehendaki. Dengan kata lain, tujuan umum setiap surat yang ditulis oleh pengirimnya adalah mengharap reaksi yang timbul dari pembacanya tepat seperti yang diharapkan.


Ciri-ciri Surat:
Surat adalah pesan tertulis.
Isi pesan dalam surat merupakan informasi/persuasi.
Surat memiliki bagian-bagian yang standar.
Surat memiliki bentuk yang standar.
Surat memiliki satu pesan inti.
Gaya bahasa surat bisa formal ataupun informal.
Fungsi Surat:
Surat sebagai penyampai pesan.
Surat sebagai wakil.
Surat sebagai bukti tertulis.
Surat sebagai pedoman/dasar bertindak.
Alat untuk mengingat.
Dokumen historis dari suatu kegiatan.
Keterangan keamanan.
FUNGSI SURAT DINAS
Secara umum fungsi surat adalah sebagaimana tercermin dalam rumusan pengertiannya yaitu sebagai alat komunikasi tertulis untuk menyampaikan pesan atau informasi. Akan tetapi secara khusus fungsi surat dapat disebut sebagai berikut :
1. Sebagai duta atau wakil penulis untuk berhadapan dengan lawan bicaranya. oleh karena itu, isi surat merupakan gambaran mentalitas pengirimnya.
2. Sebagai alat pengingat karena surat dapat diarsipkan dan dapat dilihat lagi jika diperlukan.
3. Sebagai pedoman kerja seperti surat keputusan atau surat instruksi.
4. Sebagai bukti tertulis hitam di atas putih, terutama surat-surat perjanjian.
5. Sebagai alat bukti tentang yang dikomunikasikan yang selanjutnya sebagai bukti sejarah seperti pada surat-surat tentang perubahan dan perkembangan suatu organisasi.


SYARAT-SYARAT SURAT YANG BAIK
Bila Anda menulis sepucuk surat, hendaknya memenuhi syarat-syarat surat yang baik. Ibarat membuat kue harus mengikuti syarat-syaratnya dari awal hingga akhir pembuatan, jika tidak diikuti susunannya atau melebihi kadar yang ditentukan maka kue tersebut tidak akan enak dimakan. Apalagi bila Anda menulis surat organisasi. Surat organisasi, sebagai sarana komunikasi tertulis, sebaiknya menggunakan format yang menarik, tidak terlalu panjang, serta memakai bahasa yang jelas, padat dan ladzim dibaca. Format Surat dikatakan menarik jika letak bagian-bagian surat teratur sesuai dengan ketentuan. Bagian-bagian surat organisasi tidak ditempatkan sesenaknya menurut keinginan penulis. selanjutnya surat organisasi diusahakan tidak terlalu panjang karena surat yang panjang dan bertele-tele akan menjemukan. Kemudian bahasa surat organisasi dikatakan jelas jika maksudnya mudah ditangkap, dinyatakan secara tegas, serta tanda-tanda baca digunakan dengan tepat. bahasa surat dikatakan pada jika langsung mengungkapkan pokok pikiran yang ingin disampaikan tanpa basa basi dan tanpa berbunga-bunga.


BAGIAN-BAGIAN SURAT
Salah satu hal yang ikut menentukan baik atau kurang baiknya suatu surat adalah formatnya. Yang dimaksud dengan format surat organisasi adalah tata letak atau posisi bagian-bagian surat organisasi. salah satu pembagian misalnya dengan menyebutkan : bagian kepala, bagian tubuh dan kaki surat antara lain :
1. Kepala surat
2. Tanggal surat
3. Nomor surat
4. Sifat surat
5. Lampiran
6. Hal atau perihal
7. Alamat dalam
8. Kalimat pembuka
9. Isi surat
10. Kalimat penutup
11. Nama Ketua dan nama yang bersangkutan
12. Nama dan tanda tangan
13. Tembusan dan Initialnya


BENTUK-BENTUK SURAT
Dalam keputusan MENPAN No. 71 tahun 1993 bahwa bentuk-bentuk surat di lingkungan organisasi atau perusahaan niaga antara lain :
1. Format Balok/Lurus Penuh (Full Block Style)
2. Format Balok yang diubah (Modified Block Style)
3. Format Setengah Balok (Semi Block Style)
4. Format Sederhana (Simplified)
5. Format Inden atau Bentuk Lekuk (Indented Style)
6. Format Paragraf Menggantung (Hanging Paragraf).






Sumber:
http://wikipedia.org

7. Daftar Pustaka

Daftar Pustaka

1) Pengertian Daftar Pustaka
Daftar pustaka adalah halaman yang berisi daftar sumber-sumber referensi yang kita pakai untuk suatu tulisan ataupun karya tulis ilmiah. Daftar Pustaka biasanya berisi judul buku-buku, artikel-artikel, dan bahan-bahan penerbitan lainnya, yang mempunyai pertalian dengan sebuah karangan (contohnya: thesis). Melalui daftar pustaka yang disertakan pada akhir tulisan, para pembaca dapat melihat kembali pada sumber aslinya.
2) Unsur-unsur Daftar Pustaka
Unsur-unsur yang harus kita perhatikan dalam menulis daftar pustaka diantaranya: nama pengarang, penerjemah, tahun terbit, judul buku, kota terbit, dan penerbit. Selain itu ada pula unsur-unsur yang bisa ada namun tak selalu ada, misalnya: nama editor atau penyunting, jilid buku, edisi buku, dan anak judul. Disebut tak selalu ada karena tak semua buku memiliki unsur-unsur ini.
Yang sering membingungkan kita dalam menulis daftar pustaka diantaranya adalah cara menuliskan nama pengarang. Pada daftar pustaka, nama pengarang kita tuliskan terbalik yaitu nama belakang terlebih dahulu di ikuti tanda koma(,) baru nama depannya. Berikut ini tata cara membalikan nama pengarang dalam daftar pustaka:
Nama belakang ditulis lebih dahulu daripada nama depan, meskipun bukan merupakan nama keluarga.Misalnya: Dewi Rieka…………..> ditulis sebagai: Rieka, Dewi.
Nama belakang yang bagian akhirnya berupa singkatan tidak diletakkan di bagian depan pembalikan.Misalnya: Triani Retno A ………………> ditulis sebagai: Retno A, Triani dan bukan A, Triani Retno
Nama yang mencantumkan gelar tradisi, maka nama yang diletakkan di depan dalam pembalikan adalah nama yang tercantum setelah gelar.Misalnya: Rahman Sutan Radjo ………………..> ditulis sebagai: Rajo, Rahman Sutan
Nama yang mencantumkan kata bin atau binti, maka yang dicantumkan di depan dalam penulisan daftar pustaka adalah nama yang tercantum setelah kata bin atau binti tersebut.Misalnya: Siti Nurhaliza binti Rustam ……………..> ditulis sebagai: Rustam, Siti Nurhaliza binti
Nama pengarang memiliki nama majemukMisalnya: Hillary Rodham-Clinton ………………………> ditulis sebagai: Rodham-Clinton, Hillary dan bukan Clinton, Hillary Rodham.
Nama keluarga berada di bagian depan nama seperti nama-nama orang Cina, maka tidak perlu ada pembalikan nama dalam penulisan daftar pustaka. Misalnya: Wong Kam Fu ………..> ditulis sebagai: Wong, Kam FuKecuali jika mencantumkan nama Barat, maka asas pembalikan nama ini tetap berlaku. Misalnya: Michelle Yeoh ………….> ditulis sebagai: Yeoh, Michelle
Penulisan nama-nama pengarang dari Eropa yang memiliki kata depan, kata sandang, atau perpaduannya juga memiliki peraturan tersendiri dalam penulisan daftar pustaka. Misalnya nama-nama Italia yang nama keluarganya didahului dengan awalan, maka kata utama ada pada awalan tersebut. Misalnya: Leonardi Di Caprio …………………> ditulis sebagai: Di Caprio, LeonardoAkan tetapi, nama-nama Italia yang nama keluarganya berawalan d’ de, de’, degli, dei, dan de li, maka kata utama ada nama setelah awalan itu. Misalnya: Lorenzo d’Montana …………> ditulis sebagai: Montana, Lorenzo d’
3) Jenis-jenis Daftar Pustaka
#Kelompok Textbook
a. Penulis perorangan
b. Kumpulan karangan beberapa penulis dengan editor
c. Buku yang ditulis / dibuat oleh lembaga
d. Buku terjemahan
# Kelompok Jurnal
a. Artikel yang disusun oleh penulis
b. Artikel yang disusun oleh lembaga
c. Kelompok makalah yang diresentasikan dalam seminar / konferensi /
simposium
# Kelompok disertasi / tesis
# Kelompok makalah / informasi dari Internet
4) Teknik Penulisan Daftar Pustaka
Dalam penulisan daftar pustaka kita juga harus memperhatikan hal-hal berikut ini.
Daftar pustaka disusun berdasarkan urutan alfabet, berturut-turut dari atas ke bawah, tanpa menggunakan angka arab (1,2,3, dan seterusnya).
Cara penulisan daftar pustaka sebagai berikut:
-Tulis nama pengarang (nama pengarang bagian belakang ditulis terlebih dahulu, baru nama depan)
-Tulislah tahun terbit buku. Setelah tahun terbit diberi tanda titik (.)
-Tulislah judul buku (dengan diberi garis bawah atau cetak miring). Setelah judul buku diberi tanda titik (.).
-Tulislah kota terbit dan nama penerbitnya. Diantara kedua bagian itu diberi tanda titik dua (:). Setelah nama penerbit diberi tanda titik
-Apabila digunakan dua sumber pustaka atau lebih yang sama pengarangnya, maka sumber dirilis dari buku yang lebih dahulu terbit, baru buku yang terbit kemudian. Di antara kedua sumber pustaka itu dibutuhkan tanda garis panjang.
Untuk penulisan daftar pustaka yang berasal dari internet ada beberapa rumusan pendapat :
– Menurut Sophia (2002), komponen suatu bibliografi online adalah:
• Nama Pengarang• Tanggal revisi terakhhir• Judul Makalah• Media yang memuat• URL yang terdiri dari protocol/situs/path/file• Tanggal akses. – Menurut Winarko memberikan rumusan pencantuman bibliografi online di daftar pustaka sebagai berikut: Artikel jurnal dari internet: Majalah/Jurnal Online
Penulis, tahun, judul artikel, nama majalah (dengan singkatanresminya), nomor, volume, halaman dan alamat website.*) Nama majalah online harus ditulis miring
Artikel umum dari internet dengan nama
Penulis, tahun, judul artikel, [jenis media], alamat website (diakses tanggal …).*) Judul artikel harus ditulis miring.
Artikel umum dari internet tanpa nama
Anonim, tahun, judul artikel, [jenis media], alamat website (diakses tanggal …).*) “Anonim” dapat diganti dengan “_____”. Judul artikel harus ditulis miring.


5) CONTOH DAFTAR PUSTAKA
1) Buku

a) Buku tanpa Bab
Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Skinner, B.F. (1969). Contingencies of reinforcement. New York: Appleton-Century- Crofts.
Bremner, G., & Fogel, A. (Eds.). (2001). Blackwell handbook of infant development. Malden, MA: Blackwell.

b) Buku dengan Bab
Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Harlow, H. F. (1958). Biological and biochemical basis of behavior. In D. C. Spencer (Ed.), Symposium on
interdisciplinary research (pp. 239-252). Madison: University of Wisconsin Press.

c) Buku tanpa penulis
Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Art students international. (1988). Princeton, NJ: Educational Publications International.




2) Jurnal
a) Artikel Jurnal
Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Peele, S. (1981). Reductionism in the psychology of the eighties: Can biochemistry eliminate addiction,
mental illness, and pain? American Psychologist, 36, 807-818.

b) Artikel Jurnal, lebih dari enam pengarang
Referensi pada akhir tulisan (daftar pustaka)
Cates, A. R., Harris, D. L., Boswell, W., Jameson, W. L., Yee, C., Peters, A. V., et al. (1991). Figs and dates and their benefits. Food Studies Quarterly, 11, 482-489.




Sumber:
http://wikipedia.org

6. Kutipan

Kutipan

1) Pengertian Kutipan
Kutipan adalah suatu kata yang mungkin semua orang belum tahu apa maksudnya. Kutipan juga merupakan suatu gagasan, ide, pendapat yang diambil dari berbagai sumber. Proses pengambilan gagasan itu disebut mengutip. Gagasan itu bisa diambil dari kamus, ensiklopedi, artikel, laporan, buku, majalah, internet, dan lain sebagainya.


2) Prinsip-prinsip dalam mengutip
Dalam membuat tulisan kita pasti sering mengambil atau mengutip dari tulisan orang lain, maka dari itu perlu kita tahu bagaimana prinsip-prinsip yang benar dalam mengutip dari tulisan orang lain. Diantaranya adalah sebagai berikut:
a. apabila dalam mengutip sebuah karya atau tulisan yang ada salah ejaan dari sumber kutipan kita, maka sebaiknya kita biarkan saja apa adanya seperti sumber yang kita ambil tersebut. Kita sebagai pengutip tidak diperbolehkan membenarkan kata ataupun kalimat yang salah dari sumber kutipan kita.
b.dalam kutipan kita diperkenankan menghilangkan bagian-bagian kutipan dengan syarat bahwa
penghilangan bagian itu tidak menyebabkan perubahan makna atau arti yang terkandung dalam sumber kutipan kita. Caranya :
# Menghilangkan bagian kutipan yang kurang dari satu alinea.
Bagian yang dihilangkan diganti dengan tiga titik berspasi.
# Menghilangkan bagian kutipan yang kurang dari satu alinea.
Bagian yang dihilangkan diganti dengan tiga titik berspasi sepanjang garis (dari margin kiri sampai margin kanan).


3) Jenis-jenis Kutipan
Terdapat beberapa jenis kutipan, antara lain adalah Kutipan langsung dan Kutipan Tidak langsung. Disini saya akan mencoba menjelaskan jenis-jenis kutipan tersebut.
a.Kutipan Langsung adalah kutipan yang sama persis seperti kutipan aslinya, atau sumber yang kita ambil untuk mengutip. Disini kita sama sekali tidak boleh merubah atau menghilangkan kata atau kalimat dari sumber kutipan kita.Kalaupun ada keraguan atau kesalahan dalam kutipan yang kita ambit tersebut kita hanya dapat memandakannya dengan [sic!] yang menandakan kita mengutip langsung tanpa ada editan dan kita tidak bertanggung jawab jika ada kesalahan dari kutipan ynag kita ambil. Bila dalam kutipan terdapat huruf atau kata yang salah lalu dibetulkan oleh pengutip,harus digunakan huruf siku [ ….. ]. Demikian juga kalau kita menyesuaikan ejaan,memberi huruf kapital,garis bawah,atau huruf miring,kita perlu menjelaskan hal tersebut, missal [ huruf miring dari pengutip ],[ ejaan disesuaikan dengan EYD ],dll.
b. Kutipan Tidak Langsung adalah kutipan yang telah kita ringkas intisarinya dari sumber kutipan aslinya. Kutipan tidak langsung ditulis menyatu dengan teks yang kita buat dan tidak usah diapit tanda petik.Penyebutan sumber dapat dengan sistem catatan kaki,dapat juga dengan sistem catatan langsung ( catatan perut ) seperti telah dicontohkan.
d. Kutipan pada catatan kaki
e. Kutipan atas ucapan lisan
f. Kutipan dalam kutipan
g. Kutipan langsung pada materi


4) Teknik Mengutip
Beberapa cara teknik mengutip kutipan langsung dan tidak langsung diantaranya sebagai berikut.
1. Kutipan langsung

a) Kutipan langsung yang tidak lebih dari empat baris :
* kutipan diintegrasikan dengan teks
* jarak antar baris kutipan dua spasi
* kutipan diapit dengan tanda kutip
* sudah kutipan selesai, langsung di belakang yang dikutip dalam tanda kurung ditulis sumber darimana kutipan itu diambil, dengan menulis nama singkat atau nama keluarga pengarang, tahun terbit, dan nomor halaman tempat kutipan itu diambil.
b) Kutipan Langsung yang terdiri lebih dari 4 baris :
* kutipan dipisahkan dari teks sejarak tiga spasi
* jarak antar kutipan satu spasi
* kutipan dimasukkan 5-7 ketukan, sesuai dengan alinea teks pengarang atau pengutip. Bila kutipan dimulai dengan alinea baru, maka baris pertama kutipan dimasukkan lagi 5-7 ketukan.
* kutipan diapit oleh tanda kutip atau diapit tanda kutip.
* di belakang kutipan diberi sumber kutipan (seperti pada 1)
2. Kutipan tidak langsung
* kutipan diintegrasikan dengan teks
* jarak antar baris kutipan spasi rangkap
* kutipan tidak diapit tanda kutip
* sesudah selesai diberi sumber kutipan
3. Kutipan pada catatan kaki
Kutipan selalu ditempatkan pada spasi rapat, meskipun kutipan itu singkat saja. Kutipan diberi tanda kutip, dikutip seperti dalam teks asli.
4. Kutipan atas ucapan lisan
Kutipan harus dilegalisir dulu oleh pembicara atau sekretarisnya (bila pembicara seorang pejabat). Dapat dimasukkan ke dalam teks sebagai kutipan langsung atau kutipan tidak langsung.
5. Kutipan dalam kutipan
Kadang-kadang terjadi bahwa dalam kutipan terdapat lagi kutipan.


5) CONTOH KUTIPAN
1) Buku

a) Buku tanpa Bab
Referensi pada tulisan (kutipan)
. . . which offered a theoretical backdrop for a number of innovative behavior modification approaches
(Skinner, 1969).
b) Buku dengan Bab
Referensi pada tulisan (kutipan)
. . . The elucidation of the potency of infant-mother relationships, showing how later adaptations echo the
quality of early interpersonal experiences (Harlow, 1958, chap. 8).
c) Buku tanpa penulis
Referensi pada tulisan (kutipan)
. . . the number of recent graduates from art schools in France has shown that this is a trend worldwide (Art
Students International, 1988).


2) Jurnal
a) Artikel Jurnal
Referensi pada tulisan (kutipan)
When quoting an author’s words exactly, indicate the page number:
Even some psychologists have expressed the fear that “psychology is in danger of losing its status as an
independent body of knowledge” (Peele, 1981, p. 807).
b) Artikel Jurnal, lebih dari enam pengarang
Referensi pada tulisan (kutipan)
. . . the nutritional value of figs is greatly enhanced by combining them with the others (Cates et al., 1991).




Sumber:http://wikipedia.org

5. Paragraf


Paragraf

- Pengertian Paragraf

Paragraf mempunyai beberapa pengertian :
Paragraf adalah karangan mini. Artinya semua unsur karangan yang panjang ada dalam paragraf.
Paragraf adalah satuan bahasa yang terdiri beberapa kalimat yang tersusun secara runtut, logis, dalam satu kesatuan ide yang tersusun lengkap, utuh dan padu.
Paragraf adalah bagian dari suatu karangan yang terdiri dari sejumlah kalimat yang mengungkapkan satuan informasi dengan pikiran utama sebagai pengendaliannya dan pikiran penjelas sebagai pendukungnya.
Paragraf yang terdiri atas satu kalimat berarti tidak menunjukkan ketuntasan atau kesempurnaan. Sekalipun tidak sempurna, paragraf yang terdiri satu kalimat dapat digunakan. Paragraf satu kalimat ini dapat dipakai sebagai peralihan antarparagraf, sekaligus memperbesar efek dinamika bahasa. Akan tetapi, sebagai kesatuan gagasan menjadi suatu bentuk ide yang utuh dan lengkap, paragraf hendaklah dibangun dengan sekelompok kalimat yang saling berkaitan dan mengembangkan satu gagasan.


Ciri-ciri paragraf :
Kalimat pertama bertakuk ke dalam lima ketukan spasi untuk jenis karangan biasa, misalnya surat dan delapan ketukan untuk jenis karangan ilmiah formal, misalnya : makalah,skripsi,thesis dan disertasi. Karangan berbentuk lurus yang tidak bertakuk ( block style ) ditandai dengan jarak spasi merenggang, satu spasi lebih banyak daripada jarak antarbaris lainnya.
Paragraf menggunakan pikiran utama yang dinyatakan dalam kalimat topik.
Setiap paragraf menggunakan sebuah kalimat topik dan selebihnya merupakan kalimat pengembang yang berfungsi menjelaskan, menguraikan atau menerangkan pikiran utama yang ada dalam kalimat topik.
Paragraf menggunakan pikiran penjelas yang dinyatakan dalam kalimat penjelas. Kalimat ini berisi detail-detail kalimat topik. Paragraf bukan kumpulan kalimat-kalimat topik. Paragraf hanya berisi satu kalimat topik dan beberapa kalimat penjelas. Setiap kalimat penjelas berisi detail yang sangat spesifik dan tidak mengulang pikiran penjelas lainnya.


Fungsi paragraf :
Mengekspresikan gagasan tertulis dengan memberi bentuk suatu pikiran dan perasaan ke dalam serangkaian kalimat yang tersusun secara logis dalam suatu kesatuan.
Menandai peralihan gagasan baru bagi karangan yang terdiri beberapa paragraf, ganti paragraf berarti ganti pikiran.
Memudahkan pengorganisasian gagasan bagi penulis dan memudahkan pemahaman bagi pembacanya.
Memudahkan pengembangan topik karangan ke dalam satuan-satuan unit pikiran yang lebih kecil dan
Memudahkan pengendalian variabel terutama karangan yang terdiri atas beberapa variabel.


2. Pikiran Utama dan Kalimat Topik
Kalimat yang berisi gagasan utama paragraf adalah kalimat topik. Karena berisi gagasan utama itulah keberadaan kalmat topic dan letak posisinya dalam paragraf menjadi penting. Posisi kalimat topik di dalam paragraf yang akan memberi warna sendiri bagisebuah paragraf. Berdasarkan posisi kalimat topik, paragraf dapa dibedakan atas empat macam, yaitu : paragraf deduktif, paragraf induktif, paragraf deduktif-induktif, paragraf penuh kalimat topik.
A. Paragraf Deduktif
Adalah paragraf yang letak kalimat pokoknya di tempat kan pada bagian awal paragraf ,yaitu paragraf yang menyajikan pokok permasalahan terlebih dahulu, lalu menyusul uraian yang terinci mengenai permasalahan atau gagasan paragraf (urutan umum-khusus).
Contoh paragraf deduktif :
” Olahraga akan membuat badan kita menjadi sehat dan tidak mudah terserang penyakit. Fisik orang yang berolahraga dengan yang jarang atau tidak pernah berolahraga sangat jelas berbeda. Contohnya jika kita sering berolahraga fisik kita tidak mudah lelah, sedangkan yang jarang atau tidak pernah berolahraga fisiknya akan cepat lelah dan mudah terserang penyakit.”
Contoh paragraf deduktif :
” Orang yang sukses adalah orang yang mampu menangkap sebuah peluang dan memanfaatkan peluang itu untuk meraih suatu keberhasilan. Kemampuan membaca dan memanfaatkan peluang itulah yang menghantar Rahayu S. Purnami, lulusan Farmasi Universitas Padjadjaran Bandung, sampai kepada kesuksesan menjadi pengusaha salon keliling yang memberikan pelayanan “door to door”.
B. Paragraf Induktif
Bila kalimat pokok ditempatkan dipada akhir paragraf akan terbentuk paragraf induktif, yaitu paragraf yang menyajikan penjelasan terlebih dahulu,barulah diakhiri dengan pokok pembicaraan.
Contoh paragraf induktif :
” Pak Sopian memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Tetangganya, Pak Gatot, juga memiliki kebun kakao seluas 1 hektar. Adik Pak Gatot, Ali Bashya, malah memiliki kebun kakao yangt lebih luas daripada kakaknya, yaitu 2,5 hektar. Tahun ini merupakan tahun ketiga bagi mereka memanen kakao. Seperti mereka, dari 210 penduduk petani di Desa Sriwaylangsep, 175 kepala keluarga berkebun kakao. Maka, tidaklah heran apabila Desa Sriwaylangsep tersebut dikenal dengan Desa Kakao.
Contoh paragraf induktif .”
” Yang menyebabkan banjir di Jakarta sangat jelas disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri. Contohnya saja masih banyak orang-orang yang buang sampah yang tidak pada tempatnya. Selain itu masyarakat juga tidak peduli terhadap selokan di sekitarnya. Oleh sebab itu maka seharusnya pemerintah setempat harus lebih mensosialisasikan bahaya banjir kepada masyarakat. Supaya masyarakat dapat ikut serta dalam bersosialisasi terhadap bahaya banjir. Dengan kata lain dapat disimpulkan bahwa seluruh masyarakat dan pemerintah setempat harus menggalakan supaya Jakarta bebas banjir dengan cara membuang sampah pada tempatnya dan membersihkan selokan di sekitarnya.”
C. Paragraf Deduktif-Induktif
Bila kalimat pokok di tempatkan pada bagian awal dan akhir paragraf, terbentuklah paragraf deduktif-induktif. Kalimat pada akhir paragraf umumnya menjelaskan atau menegaskan kembali gagasan utama yang terdapat pada awal paragraf.
Contoh paragraf deduktif-induktif :
” Pemerintah menyadari bahwa rakyat Indonesia memerlukan rumah yang kuat,murah, dan sehat. Pihak dari pekerjaan umum sudah lama menyelidiki bahan rumah yang murah, tetapi kuat. Tampaknya bahan perlit yang diperoleh dari batuan gunung beapi sangat menarik perhatian para ahli. Bahan ini tahan api dan air tanah. Usaha ini menunjukan bahwa pemerintah berusaha membangun rumah yang kuat, murah dan sehat untuk memenuhi kebutuhan rakyat.”
D. Paragraf Tanpa kalimat topik
Seluruh kalimat yang membangun paragraf sama kedudukannya sehingga tidak satupun kalimat yang khusus menjadi kalimat topik. Kondisi seperti itu dapat atau biasa terjadi akibat sulitnya menentukan kalimat topik karena kalimat yang satu dan lainnya memiliki kedudukan yang sama. Paragraf semacam ini sering dijumpai dalam uraian-uraian bersifat dskriptif dan naratif terutama dalam karangan fiksi.
Contoh paragraf Tanpa kalimat topik :
” Pagi hari itu aku berolahraga di sekitar lingkungan rumah. Dengan udara yang sejuk dan menyegarkan. Di sekitar lingkungan rumah terdengar suara ayam berkokok yang menandakan pagi hari yang sangat indah. Kuhirup udara pagi yang segar sepuas-puasku.”


3. Syarat Paragraf yang Baik


Kesatuan Paragraf ( Kesatuan Pikiran )
Sebagaimana telah dipaparkan di depan, bahwa tiap paragraf hanya mengandung satu gagasan pokok. Fungsi paragraf adalah untuk mengembangkan gagasan pokok tersebut. Untuk itu, di dalam pengembangannya, uraian-uraian dalam sebuah paragraf tidak boleh menyimpang dari gagasan pokok tersebut. Dengan kata lain, uraian-uraian dalam sebuah paragraf diikat oleh satu gagasan pokok dan merupakan satu kesatuan. Semua kalimat yang terdapat dalam sebuah paragraf harus terfokus pada gagasan pokok. Untuk lebih jelasnya perhatikan contoh berikut ini.
“Kebutuhan hidup sehari-hari setiap keluarga dalam masyarakat tidaklah sama. Hal ini sangat tergantung pada besarnya penghasilan setiap keluarga. Keluarga yang berpenghasilan sangat rendah, mungkin kebutuhan pokok pun sulit terpenuhi. Lain halnya dengan keluarga yang berpenghasilan tinggi. Mereka dapat menyumbangkan sebagian penghasilannya untuk membangun tempat-tempat beribadah, atau untuk kegiatan sosial lainnya. Tempat ibadah memang perlu bagi masyarakat. Pada umumnya tempat-tempat ibadah ini dibangun secara bergotong royong dan sangat mengandalkan sumbangan para dermawan. Perbedaan penghasilan yang besar dalam masyarakat telah menimbulkan jurang pemisah antara Si kaya dan Si miskin.”
Contoh paragraf di atas adalah contoh paragraf yang tidak memiliki prinsip kesatuan. Gagasan pokok tentang penghasilan suatu keluarga dalam pengembangannya kita jumpai gagasan pokok lain tentang tempat beribadah. Hubungan antara kalimat yang satu dengan kalimat yang lain tidak merupakan satu kesatuan yang bulat untuk menunjang gagasan utama.
Contoh paragraf dengan kesatuan pikiran :
“ Kebebasan berekspresi berdampak pada pengembangan kreativitas baru. Dengan keterbatasan ini, para guru dapat dengan leluasa mengajar siswanya sesuai dengan basis kompetensi siswa dan lingkungannya. Kondisi kebebasan tersebut menjadikan pembelajaran berlangsung secara alami, penuh gairah dan siswa termotivasi untuk berkembang. Siswa belajar dalam suasana gembira,aktif,kreatif dan produktif. Dampak kebebasan ini, setiap saat siswa dapat melakukan berbagai eksperimen dengan menyinergikan bahan ajar di sekolah dan lingkungannya. Kreativitasnya menjadi tidak terbendung.”
Paragraf diatas dikembangkan dengan kesatuan pikiran. Seluruh kalimat membahas pikiran yang sama yaitu kebebasan berekspresi.




Sumber:
http://wikipedia.org

4. Diksi


DIKSI


A. Pengertian Diksi

Diksi adalah pilihan kata. Maksudnya, kita memilih kata yang tepat dan selaras untuk menyatakan atau mengungkapkan gagasan sehingga memperoleh efek tertentu. Pilihan kata merupakan satu unsur sangat penting, baik dalam dunia karang-mengarang maupun dalam dunia tutur setiap hari. Ada beberapa pengertian diksi di antaranya adalah membuat pembaca atau pendengar mengerti secara benar dan tidak salah paham terhadap apa yang disampaikan oleh pembicara atau penulis, untuk mencapai target komunikasi yang efektif, melambangkan gagasan yang diekspresikan secara verbal, membentuk gaya ekspresi gagasan yang tepat (sangat resmi, resmi, tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar atau pembaca.

Diksi, dalam arti pertama, merujuk pada pemilihan kata dan gaya ekspresi oleh penulis atau pembicara. Arti kedua, arti “diksi” yang lebih umum digambarkan dengan kata –kata seni berbicara jelas sehingga setiap kata dapat didengar dan dipahami hingga kompleksitas dan ekstrimitas terjauhnya. Arti kedua ini membicarakan pengucapan dan intonasi, daripada pemilihan kata dan gaya. Harimurti (1984) dalam kamus linguistic, menyatakan bahwa diksi adalah pilhan kata dan kejelasan lafal untuk memperoleh efek tertentu dalam berbicara di dalam karang mengarang.

Dalam KBBI (2002: 264) diksi diartikan sebagai pilihan kata yanng tepat dan selaras dalam penggunaanya untuk menggungkapkan gagasan sehingga diperoleh efek tertentu seperti yang diharapkan. Jadi, diksi berhubungan dengan pengertian teknis dalam hal karang-mengarang, hal tulis-menulis, serta tutur sapa.




Persyaratan Diksi

Ada dua persyaratan yang harus dipenuhi dalam memilih kata-kata, yaitu persyaratan ketetapan dan kesesuaian. Tepat, artinya kata-kata yang dipilih itu dapat mengungkapkan dengan tepat apa yang ingin diungkapkan. Di samping itu, ungkapan itu juga harus dipahami pembaca dengan tepat, artinya tafsiran pembaca sama dengan apa yang dimaksud dengan penulis. Untuk memenuhi persyaratan ketetapan dan kesesuaian dalam pemilihan kata, perlu diperhatikan a) kaidah kelompok kata/ frase, b) kaidah makna kata, c) kaidah lingkungan sosial, d) kaidah karang –mengarang.

Pilihan kata sesuai dengan kaidah kelompok kata /frase
Pilihan kata/ diksi yang sesuai dengan kaidah kelompok kata/frase, seharusnya pilihan kata/diksi yang tepat, seksama, lazim,dan benar.

1. Tepat Contohnya: Makna kata lihat dengan kata pandang biasanya bersinonim, tetapi kelompok kata pandangan mata tidak dapat digantikan dengan lihatan mata.

2. Seksama Contohnya: Kata besar, agung, akbar, raya, dan tinggi termasuk kata-kata yang bersinonim. Kita biasanya mengatakan hari raya serta hari besar, tetapi kita tidak pernah mengatakan hari agung, hari akbar ataupun hari tinggi. Begitu pula dengan kata jaksa agung tidak dapat digantikan dengan jaksa besar ataupun jaksa raya, atau pun jaksa tinggi karena kata tersebut tidak seksama.

3. Lazim adalah kata itu sudah menjadi milik bahasa Indonesia. Kata yang tidak lazim dalam bahasa Indonesia apabila dipergunakan sangatlah akan membingungkan pengertian saja. Contohnya, Kata makan dan santap bersinonim. Akan tetapi tidak dapat mengatakan Anjing bersantap sebagai sinonim anjing makan. Kemudian kata santapan rohani tidak dapat pula digantikan dengan makanan rohani. Kedua kata ini mungkin tepat pengelompokannya, tetapi tidak seksama serta tidak lazim dari sudut makna dan pemakainnya.



Secara umum, makna kata suatu kata dibedakan atas makna denotasi dan makna konotasi.

1. Denotasi adalah makna kata atau kelompok kata yang sesuai dengan konsep awal, apa adanya, dan tidak mengandung makna tambahan. Makna denotasi disebut juga makna konseptual, makna lugas, atau makna objektif.

Contoh:

a. Dompet hitamnya tertinggal di kamar hotel.

Hitam = jenis warna

b. Wilayah Kebun Raya Bogor dikelilingi pagar besi

Besi = logam yang sangat keras.

2. Konotasi adalah makna kata atau kelompok kata yang didasarkan atas perasaan atau pikiran seseorang. Konotasi sebenarnya merupaka makna denotasi yang telah mengalami penambahan-penambahan, baik dari sikap sosial, lingkungan geografis, atau pun dari factor kesejarahan. Makna konotasi disebut juga makna kontekstual, kiasan, atau makna subjektif.

Contoh:

a. Sejak peristiwa itu ia berhasil keluar dari lembah hitam,

Hitam = hina, sengsara, berduka.

b. Semua orang mengenalnya sebagai laki-laki bertangan besi

Besi = gagah, perkasa = tangan besi.

Disamping makna denotasi dan konotasi, dikenal pula jenis makna lain, diantaranya berikut.

1. Makna Leksikal, yaitu makna yang didasarkan pada kamus. Makna ini dimiliki oleh kata-kata sebelumnya mengalami proses perubahan bentuk atau pun kata yang belum digunakan dalam kalimat. Makna leksikal dimiliki oleh kata bentuk dasar, misalnya: ibu, pergi,kantor.

2. Makna Gramatikal, yaitu makna yang dimiliki kata setelah mengalami proses gramatikal, seperti pengimbuhan, pengulangan, atau pemajemukan. Misalnya: ibu saya, berpergian, kantor-kantor.

3. Makna kontekstual, yaitu makna suatu kata yang sangat bergantung pada situasi dan kondisi penggunaannya.

Contoh:

1) Pantas saja ia menjadi juara kelas karena ia anak rajin.

2) Betul-betul rajin kami ini, semua pekerjaan rumah saja tidak ada satupun yang di kerjakan.




Perubahan Makna Kata

Bahasa selalu berkembangsejalan dengan kemajuan peradaban manusia. Hal ini dapat berpengaruh terhadap perubahan makna kata. Kadang-kadang makna kata bergeser akibat pengaruh konotasi dalam pemakaian suatu kata.

Beberapa bentuk perubahan makna itu ialah:

1. Meluas

Pada kata putra dan putrid, dahulu kata tersebut hanya di peruntukan bagi anak-anak raja, tetapi sekarang kata tersebut biasa digunakan untuk umum, tidak hanya untuk menyebut anak raja. Putra berarti anak laki-laki dan putrid anak perumpuan. Bahkan di sekolah, kata putra dan putri juga biasa digunakan untuk menunjuk murid laki-laki dan murid perempuan.

2. Menyempit.

Pada kata ulama, dahulu kata tersebut digunakan dengan makna kata yang lebih luas, yaitu orang yang berilmu, dalam arti orang yang pandai segala di siplin ilmu, baik ilmu agama islam, atau ilmu lainya, misalnya ahli perbintangan dan ahli matematika. Namun, kata ulama sekarang ini hanya digunakan untuk menunjukan orang yang ahli dalam bidang ilmu agama saja. Begitu juga dengan kata ustad. Kata tersebut mempunyai arti seorang guru, dalam arti guru mata pelajaran apa saja. Namun dalam penggunaannya di Indonesia kata tersebt hanya diperuntukan bagi guru yang mengajar mata peajaran agama Islam saja.

3. Amelioratif

Amelioratif adalah suatu proses perubahan makna kata. Pada Proses amelioratif ini, suatu kata mempunyai nilai lebih tinggi atau terhormat dibandingkan sebelumnya. Misalnya, kata perempuan dirasakan lebih tinggi nilainya dari kata wanita dan kata suami dirasakan lebih tinggi nilainya atau lebih baik dari kata laki.

4. Penyoratif

Peyoratif adalah kebalikan dari ameliorative yaitu suatu proses perubahan makna kata. Pada proses peyoratif, arti kata baru dirasakan lebih rendah dari kata sebelumnya. Kata jongos dulu berarti pembantu atau pelayan sekarang arti jongos dipakai ntuk arti yang kurang baik.

5. Sinestesia

Sinestesia adalah perubahan makna akibat pertukaran tanggapan antara dua indra yang berlainan. Misalnya: Sambutanya dingin. Kata dingin sebenarnya adalah tanggapan indra peraba. Wajahnya manis. Kata manis merupakan tanggapan indra perasa. Mukanya asam. Kata asam merupakan tanggapan indra perasa.

6. Asosiasi

Asosiasi adalah perubahan makna yang terjadi karena persamaan sifat. Katamulut buaya adalah alat tubuh buaya yang berfungsi untuk menjepit mangsanya. Akan tetapi, kata mulut buaya di dalam istilah alat-alat lsitrik digunakan sebagai alat penjepit kabel atau kawat. Kata gigi adalah organ tubuh manusia atau makhluk hidup. Akan tetapi, di dalam istilah otomotif, gigi mempunyai makna alata untuk mengatur perputaran kecepatan pada kendaraan bermotor, misalnya gigi satu digunakan pada kecepatan rendah, sedangkan gigi emnpat diguanakan untuk menjalankan kendaraan pada kecepatan tinggi.




Memahami Bentuk Kata

Kata dibedakan atas kata dasar dan kata bentukan. Kata dasar adalah kata yang menjadi dasar pembentukan kata atau kata-kata yang belum mendapatkan imbuhan (afiks). Kata ini memiliki makna leksikal, misalnya air, perahu, tidur, baca, datang, gembira, dan , panas.

Kata bentukan diperoleh melalui proses pengimbuhan (afiksasi), pengulangan (reduplikasi), dan pemajemukan.

1. Proses afiksasi, yaitu penggabungan antara kata dasar dengan imbuhan (afiks), baik awalan (prefiks), akhiran (sufiks) maupun gabungan-gabunganya.

Contoh: memotong, berlari, dicabut, dibeli, kepanasan, kegembiraan, dan kedatangan.

2. Proses reduplikasi, yaitu pengulangan kata dasar itu sendiri sebagian pengimbuhan (afiksasi).

Contoh: sayur-sayuran, menari-nari, melambai-lambai, jalan-jalan, lebar-lebar, dan berkata-kata.

3. Proses pemajemukan, yaitu penggabungan antara kata dasar dengankata yang lain yang pada umumnya bersifat tetap dan memiliki makna khusus.

Contoh: kambing hitam, rumah sakit, kantor pos, luar negeri, tata bahasa, dan kereta api.




Dalam proses pengimbuhan (afiksasi) terjadi berbagai bentuk imbuhan (afiks). Misalnya me-­ menjadi: menari, menanam, menumpuk; imbuhan men- menjadi:mencuri, mendapat; imbuhan meng- menjadi: menghadap, mengajar, menghalau; imbuhan meny- menjadi: menyusul, menyutik, menyanyi; danimbuhan menge- menjadi: mengepel, mengecoh, mengejar. Macam-macam bentuk imbuhan itu di sebut alomorf. Bentuk dasar juga sering mengalami perubahan fonem. Proses ini disebut proses morfofonemik.

Kata dasar dalam penggunaannya sering mendapatkan imbuhan berupa awalan (prefik) sekaligus (sufiks) dalam penulisannya harus ditulis serangkai sebagai sebuah kata misalnya: melipatgandakan, perkeretaapian, ketidakadilan, dimejahijaukan, dan, pembumihangusan.







Ungkapan

Ungkapan adalah kelompok kata atau gabungan kata yang menyatakan makna khusus. Ungakapan adalah kata atau rangkaian kata-kata yang maknanya tidak diturunkan dari makna kata atau kata-kata yang membentuknya, tetapi harus dipelajari secara khusus, seperti buah mulut, mata hati, jantung hati,­ dan sebagainya.

Contoh:

Bila pengunjung sudah memasuki perut gunung, seketika panorama yang mempesona bisa dilihat.

Ungkapan dalam kalimat tersebut adalah Iperut gunung. Perut gunung dalam kalimat tersebut berarti bagian tengah gunung.






Relaksi Makna




1. Homonim adalah kata yang penamaan dan pengucapan sama tetapi artinya berbeda.

Contoh:

Genting(gawat), Genting(atap rumah)

- Keadaan masyarakat Palestina sekarang sangat genting.

- Genting rumah saya bocor.

2. Homofon adalah kata yang diucapkan sama tetapi berbeda dari segi maksud dan juga tulisan.

Contoh:

Djarum(merek rokok), Jarum(alat untuk menjahit)

- Ayah menyuruh saya membeli rokok Djarum.

- Tangan saya berdarah tertusuk jarum.

3. Homograf Adalah kata yang sama ejaannya dengan kata lain, tetapi berbeda lafal dan maknanya.

Contoh:

Serang(nama kota), Serang(perang)

- Minggu depan saya ingin ke kota Serang.

- Pasukan itu di serang oleh musuhnya.

4. Polisemi Adalah suatu kata yang mempunyai makna lebih dari satu.

Contoh:

Memeluk

- Keluarga saya memeluk agama islam

- Saya sangat ingin memeluk ibu saya.

5. Sinonim

Kata Sinonim berasal dari kata sin (sama atau serupa), dan akar kata onim(nama). Dengan kata lain, sinonim adalah kata-kata yang mengadung makna pusat sama, tetapi berbeda dalam nilai rasa. Sinonim adalah kata-kata yang mempunyai makna denotasi sama, tetapi berbeda dalam makna konotasi.

Contoh:

- Pintar, pandai, cakap, cerdik, cerdas, banyak akal, mahir.

- Mati, meniggal, wafat, berpulang, mangkat, gugur, mampus.

6. Antonim Kata antonim berasal dari kata anti atau ant yang berarti “lawan” ditambah akar kata onim atau onuma berarti “nama”. Dengan demikian, antonim dapat diartikan sebagai kata yang berlawanan makna kata dengan kata lain. Misalnya, antonim dari baik adalah buruk, antonim jauh adalah dekat,dan antonim dari pintar adalah bodoh. Antonim merupakan cara baik dan efektif untuk mengingkatkan perbendaharaan serta kosa kata. Selain itu, telaah antonim juga dapat digunakan sebagai salah satu bagian dari analisis terhadap kata.




Kata Ilmiah, Kata Populer, kata Jargon dan Slang.

1. Kata Ilmiah berarti sesuai dengan kaidah dan gaya penulisan jurnalistik, namun tidak meninggalkan sifat ilmiah.

2. Kata Populer adalah kata yang dikenal da dipakai oleh semua lapisan masyarakat dalam komunikasi sehari-hari.

Contoh:

Kata Ilmiah: Kata Popular:

Analogi kiasa

Frustasi rasa kecewa

Prediksi ramalan




3. Jargon adalah kata-kata yang mengandung makna suatu bahasa, dialek, atau tutur yang dianggap aneh kata ini jua merupakan kata sandi/kode rahasia untuk kalangan tertentu (dokter, militer, perkumpulan rahasia,ilmuwan dsb.)

4. Kata Slang dihasilkan dari sebuah ucapakn yang disengaja, atau kadang berupa penrusakan sebuah kata biasa untuk mengisi suatu bidang makna yang lain. Kata-kata ini bersifat sementara, kalau sudah terasa using hilang atau menjadi kata-kata biasa.






Sumber:

Modul pembelajaran Bahasa Indonesia MATRA kelas XI semester 1 hal 22-27 Cilangkap: Media Presindo.




Fidya Yolanda. “Tugas Bahasa Indonesia Semester Genap 2013”. 5 May 2013 (diakses 5 Oktober 2014

http://unserebloggie.wordpress.com/2013/05/05/kelompok-5-diksi/




Ainul Fikri. “Pengertian Homonim, Homofon, Homograf, Polisemi, dan Sinonim”. (diakses 5 Oktober 2014).

http://fikriainul.blogspot.com/2012/07/pengertian-homonim-homofon-homograf.html




Irsan Social Community. “Contoh Sinonim, Antonim, Homofon, Homograf, Polisemi, dan Hipernim, Hiponim. 30 November 2012 (diakses 5 Oktober 2014).

http://irshansocialcommunity.blogspot.com/2012/11/contoh-sinonim-antonim-homonim-homofon.html




Dezti Novia Bargez. “Bahasa Ilmiah”. (diakses 5 Oktober 2014)

https://www.scribd.com/doc/58742827/BAHASA-ILMIAH




Basando. “Kata Populer: Pengertian dan Contohnya”. 06 Januari 2013 (diakses 5 Oktober 2014

http://basando.blogspot.com/2013/01/kata-populer-pengertian-dan-contohnya.html#axzz3FIB6sUFm

http://bagussatriyo11.blogspot.com/2014/10/tugas-3-diksi.html

3. Kalimat Efektif

Kalimat efektif


Pengertian: Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan atau tulis yang memiliki sekurang-kurangnya subjek dan predikat. Bagi seorang pendengar atau pembaca, kalimat adalah kesatuan kata yang mengandung makna atau pikiran. Sedangkan bagi penutur atau penulis, kalimat adalah satu kesatuan pikiran atau makna yang diungkapkan dalam kesatuan kata.
Efektif mengandung pengertian tepat guna, artinya sesuatu akan berguna jika dipakai pada sasaran yang tepat. Pengertian edektif dalam kalimat adalah ketepatan penggunaan kalimat dan ragam bahasa tertentu dalam situasi kebahasaan tertentu pula.
Kalimat dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan, gagasan, perasaan, maupun pemberitahuan sesuai dengan maksud si pembicara atau penulis. Untuk itu penyampaian harus memenuhi syarat sebagai kalimat yang baik, yaitu strukturnya benar, pilihan katanya tepat, hubungan antarbagiannya logis, dan ejaannya pun harus benar.

Beberapa definisi kalimat efektif menurut beberapa ahli bahasa:
1.Kalimat efektif adalah kalimat yang bukan hanya memenuhi syarat-syarat komunikatif, gramatikal, dan sintaksis saja, tetapi juga harus hidup, segar, mudah dipahami, serta sanggup menimbulkan daya khayal pada diri pembaca. (Rahayu: 2007)
2.Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. (Akhadiah, Arsjad, dan Ridwan: 2001)
3.Kalimat efektif adalah kalimat yang memenuhi kriteria jelas, sesuai dengan kaidah, ringkas, dan enak dibaca. (Arifin: 1989)
· Contoh Kalimat Efektif dalam sebuah paragraf
Indra baru saja mengikuti ujian tulis untuk masuk di Universitas Gunadarma . Tiga hari kemudian dia mendapat kabar dari pihak Universitas Gunadarma bahwa ia telah diterima dan masuk di perguruan tinggi tersebut. Sebagai Mahasiswa baru di Universitas Gunadarma Indra wajib memenuhi peraturan-peraturan yang telah di tetapkan salah satunya ialah Semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. Selain itu dia juga wajib mengikuti tata tertib selama perkuliahan di perguruan tinggi tersebut dan apabila dia melanggarnya Indra harus menerima konsekuensinya .
· Contoh Kalimat Tidak Efektif dalam sebuah paragraf
Indra baru saja mengikuti ujian tulis untuk masuk di Universitas Gunadarma . Tiga hari kemudian dia mendapat kabar dari pihak Universitas Gunadarma bahwa ia telah diterima dan masuk di perguruan tinggi tersebut. Sebagai Mahasiswa baru di Universitas Gunadarma Indra wajib memenuhi peraturan-peraturan yang telah di tetapkan salah satunya ialah Bagi semua mahasiswa perguruan tinggi ini harus membayar uang kuliah. Selain itu dia juga wajib mengikuti tata tertib selama perkuliahan di perguruan tinggi tersebut dan apabila dia melanggarnya Indra harus menerima konsekuensinya .


Sumber : http://binakubinamu.blogspot.com/2011/03/kalimat-efektif-kalimat-efektif-ialah.html